Proses Paling Menyakitkan
Unsplash.com |
Titik temu yang menjadi sebuah wadah mempertemukan orang - orang dengan latar belakang yang berbeda dan mengajak untuk berpendapat dan berbagi kebahagian. Awalnya seperti itu. Tetapi sedikit cerita, proses paling menyakitkan itu terjadi ketika hal - hal yang dulunya bisa dilakukan bareng - bareng bersama teman sepemikiran, seperjuangan kini malah tidak biasa. Hal - hal yang dulu sering buat kita bahagia, tertawa lepas sekarang hanya bisa diliat dan diingat rasa yang terasa banget sesaknya. Janji - janji dan harapan indah yang mungkin seharusnya sudah dan akan tercapai kini hanya sebatas kata aja.
Ternyata susah yah, susah banget buat harus terbiasa dengan kesendirian kalau dulu udah terbiasa bareng - bareng. Karena kalau ada apa - apa pasti selalu one call away & emergency call-nya langsung ke mereka. Karena hanya mereka doang yang bisa diandalkan waktu itu.
Ternyata perpisahan itu gabisa berjalan dengan baik - baik aja yah. Meskipun se santai apa pun perpisahan itu berjalan, perpisahan itu bakal selalu ada rasa nyeri dan rasa takut, dan kita disini bisa belajar bahwa diproses paling menyakitkan itu ternyata buat jadi ga peduli itu ga mudah yah. Untuk menanyakan kabar, untuk tidak stalking sosial media kalian itu tidak mudah.
Hal - hal yang tadinya menyakitkan dan sekarang menjadi sembuh itu pada akhirnya menjadikan proses pendewasaan. Kalau kita menghidar dan sampai menyerah. Mau sampai kapan ?
Kadang yang selalu ada tapi ngga pernah dianggap, yang sudah berjuang sekuat tenaga tapi ngga menghasilkan apa - apa. Untuk yang berangkat membawa senyuman dan harapan tapi pulang membawa air mata. Untuk kita yang merasakan itu semua, mungkin bertahan bukan pilihan.
Jadi, sebelum menuju proses pada akhirnya semuanya akan biasa aja, proses menyakitkan itu harus dilalui, kejadian itu harus dilewati. Kalau mungkin keinget dan akan sakit, ya emang proses nya bakal kaya gitu. Tapi kita harus yakin dan kita juga harus mulai menyibukkan diri untuk menyayangi orang - orang yang menyayangi kita.
0 komentar:
Posting Komentar